Sebanyak 8 item atau buku ditemukan

Titik Nadir Demokrasi

Tanpa disadari, korupsi menjadi salah satu "sahabat" sehari-hari kita. Korupsi tak terasa korupsi karena milik bersama, dilakukan bersama, ditutupi dengan alibi-alibi bersama, ditaburi harum wewangian retorika dari berbagai sudut, sisi, dan disiplin. Korupsi menjadi kecenderungan sehari-hari. Menjadi "naluri alamiah" tradisi kebudayaan kita. Menjadi makanan pokok sehari-hari. Menjadi candu yang membuat orang merasa rugi kalau tak melakukannya. Inilah hari-hari kesunyian manusia dalam negara. Manusia terasing di dalam rumah sejarahnya sendiri. Manusia menciptakan penjara-penjara politik yang pengap, penjara-penjara ekonomi yang menyesakkan dan mencambuki punggung, serta penjara-penjara kebudayaan yang wajahnya gemerlap tetapi membuat lubuk nuraninya lenyap ke ruang-ruang hampa. Manusia menciptakan penjara-penjara sampai akhirnya rekayasa-rekayasa untuk mempertahankan eksistensi penjara-penjara itu menjelma menjadi penjara tersendiri yang lebih dahsyat kungkungannya. Inilah titik nadir dari sebuah demokrasi. [Mizan, Bentang Pustaka, Cak Nun, Budaya, Masyarakat, Negara, Indonesia]

Inilah titik nadir dari sebuah demokrasi. [Mizan, Bentang Pustaka, Cak Nun, Budaya, Masyarakat, Negara, Indonesia]

Istriku Seribu

Penduduk negeriku malas belajar sejarah, ogah berpikir, tidak pernah merasa penting untuk mempelajari suatu persoalan melalui pertimbangan pemikiran yang saksama. Kalau ada buah busuk, mereka beramai-ramai sibuk mengutuknya, membuangnya, menghina buah itu, tanpa sedikit pun ingat pada pohonnya apalagi akarnya, terlebih lagi tanahnya-jangankan lagi pencipta tanah itu. *** Istriku Seribu merupakan esai yang ditulis Cak Nun dalam meletakkan isu poligami pada konteks kehidupan bermasyarakat. Alih-alih tenggelam dalam debat tanpa ujung mengenai poligami dan kehidupan rumah tangga, dalam buku ini, kita akan diajak mengikuti dialektika satire antara Yai Sudrun dan Cak Nun. Mulai dari asal mula turunnya ayat yang mengatur poligami, kewajiban manusia terhadap sesamanya, prasangka manusia yang membutakan, hingga konsep cinta dalam berbagai bentuk. Bersama keseribu istrinya, istri ar-Rahman dan ar-Rahim, Cak Nun mengajak kita untuk memetakan kembali batasan dan perintah Tuhan yang sesungguhnya dibuat untuk memancing akal manusia. [Mizan, Bentang Pustaka, Cak Nun, Islam, Hidup, Manusia, Indonesia]

Kalau ada buah busuk, mereka beramai-ramai sibuk mengutuknya, membuangnya, menghina buah itu, tanpa sedikit pun ingat pada pohonnya apalagi akarnya, terlebih lagi tanahnya-jangankan lagi pencipta tanah itu. *** Istriku Seribu merupakan esai ...

Arus Bawah

Kiai Semar menghilang. Gareng, si Filsuf Desa, gugup tak alang kepalang. Namun, Petruk malah senyum-senyum saja melihat kakaknya belingsatan. Apalagi Bagong yang kerjaannya hanya makan dan tertawa-tawa. Bahkan, Dusun Karang Kedempel yang semakin rusak dan sedang membutuhkan kehadiran Semar pun tak merasa perlu mencarinya. Di tengah dominasi pakem Mahabharata yang mencengkeram kehidupan Karang Kedempel, tugas Punakawan-lah untuk merintis Gerakan Carangan. Menjadi alternatif. Mengusahakan perjuangan dari basis. Membuat warga Karang Kedempel mengerti bahwa rakyat adalah Dewa-Dewa Agung yang memegang kedaulatan tertinggi di Karang Kedempel. Menyadarkan mereka bahwa keadaan boleh membatu karang, tetapi air harus terus menetes dan kelak melubanginya. Petruk yang terlihat tenang sebenarnya juga geram. Dulu Semar-lah yang menyeret Gareng, Petruk, dan Bagong ke Karang Kedempel untuk menemani dan menggembalakan kaum penguasa menuju sesuatu yang benar. Tugas ke-Punakawan-an mereka masih jauh dari purna, tapi kenapa Semar malah lenyap tiada kabar? [Mizan, Emha Ainun Najib, Cak Nun, Punakawan, Semar, Kisah, Jawa, Indonesia]

Tugas ke-Punakawan-an mereka masih jauh dari purna, tapi kenapa Semar malah lenyap tiada kabar? [Mizan, Emha Ainun Najib, Cak Nun, Punakawan, Semar, Kisah, Jawa, Indonesia]

Saat-Saat Terakhir Bersama Soeharto

Di manakah letak kita, para rakyat kecil yang tak berdaya ini? Di koran, di televisi, mereka semua berbicara dengan gagah dan patriotik. Namun, fokus pembicaraan mereka kebanyakan tentang tema-tema "pembagian kekuasaan" atau "perebutan kekuasaan". Hampir tak ada yang kita rasakan hatinya mencintai kita, yang memfokuskan perhatiannya pada apakah kita akan kelaparan atau tidak. *** Mei 1998 merupakan tonggak penting bagi perubahan nasib bangsa Indonesia. Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden setelah 32 tahun berkuasa. Sebagai pemimpin, Soeharto terlalu ditakuti sehingga tak seorang pun mampu mendebatnya. Negara macam apa yang tetap mempertahankan ketakutan rakyat terhadap pemimpinnya? Buku ini merekam upaya-upaya dan dialog yang dilakukan Emha Ainun Nadjib dan para tokoh reformis lainnya dengan pemerintah dalam membuka jalan menuju Indonesia yang lebih demokratis. Tak hanya sekadar menurunkan Soeharto dari posisi puncaknya, buku ini juga menjadi catatan sejarah bagi silang sengkarutnya kondisi Indonesia ketika perebutan kekuasaan pasca-reformasi terjadi. Ketika sosok-sosok yang awalnya disebut pahlawan, berbalik ingkar secara mengejutkan saat berhadapan dengan kekuasaan. [Mizan, Bentang Pustaka, Cak Nun, Istana, Negara, Indonesia]

Buku ini merekam upaya-upaya dan dialog yang dilakukan Emha Ainun Nadjib dan para tokoh reformis lainnya dengan pemerintah dalam membuka jalan menuju Indonesia yang lebih demokratis.

Hidup Itu harus Pintar Ngegas Ngerem

Jangan memasuki suatu sistem yang membuat Anda melampiaskan diri. Tapi, dekat-dekatlah dengan sahabat yang membuat Anda mengendalikan diri. Karena Islam itu mengendalikan, bukan melampiaskan. Hidup itu harus bisa ngegas dan ngerem. *** Cak Nun adalah penjaga Telaga Al Kautsar. Dia mempersilakan siapa pun yang berjumpa dengannya untuk membasuh badan ruhani dan melepas dahaga batin. Dia menemani kita untuk istirahat sejenak dari kerumitan dan menyuguhkan kesederhanaan. Dalam buku ini, sebagaimana dalam kesehariannya, Cak Nun menyampaikan kabar langit dengan bahasa yang membumi. --Candra Malik, Budayawan Sufi [Mizan, Nourabooks, Noura Books, Agama, Islam, Religi, Indonesia]

Jangan memasuki suatu sistem yang membuat Anda melampiaskan diri.

Sesobek buku harian Indonesia

Begitulah, Bune Tak usah gelisahkan anak kita Ia sudah besar dibanding kita Ia
lebih pintar Makanannya sekolah Minumannya cairan kimia Mainannya
komputer dan teori Dari luar negeri Biarlah kita percaya kepadanya Bagaimana
ia angon ...