Sebanyak 4 item atau buku ditemukan

Belajar Dari Partai Masjumi

Kesederhanaan, kesantunan, dan keteguhan dalam memegang prinsip dari para tokoh Partai Masjumi bisa menjadi teladan bagi para aktifis Islam yang berjuang di lapangan politik. Kesederhanan hidup dan keteguhan dalam memegang prinsip menjadi barang langka di tengah-tengah para pemimpin kita saat ini. Pragmatisme dan hedonisme merasuki denyut nadi orang-orang yang mengaku berjuang untuk kepentingan rakyat. Rakyat hidup di tengah janji-janji politik, sementara para pemimpinnya hidup bergelimang kemewahan. Sementara itu, politik transaksional yang berujung pada jual beli kepentingan, melahirkan banyak koruptor, yang ironisnya berasal dari kalangan politisi itu sendiri. Karena itu, tak mengherankan jika para pesakitan yang duduk di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) kebanyakan adalah para politikus yang menjadikan politik sebagai ladang untuk mencari nafkah, bukan untuk berjuang bagi kepentingan rakyat. Di tengah situasi politik seperti itu dan menjelang Pemilu 2014, Pustaka Al-Kautsar meluncurkan buku berjudul "Belajar dari Partai Masjumi". Masjumi adalah satu-satunya partai Islam yang dilahirkan dari keputusan Kongres Umat Islam pada 7-8 Noveber 1945 M/ 1-2 Duzlhijjah 1364 H di Jogjakarta. Kongres yang dihadiri oleh ratusan ulama dari berbagai daerah dan beragam latarbelakang organisasi Islam menyepakati beberapa poin penting, yaitu: Pertama, mendirikan partai politik Islam bernama Masjumi. Kedua, Masjumi adalah satu-satunya partai politik Islam, dan tidak boleh mendirikan partai politik Islam kecuali Masjumi. Ketiga, Masjumilah yang akan memperjuangkan nasib umat Islam dalam bidang politik. Tujuan partai ini sebagaimana Anggaran Dasarnya adalah, "Terlaksananya ajaran dan hukum Islam di dalam kehidupan orang seorang, masyarakat dan negara Republik Indonesia, menuju keridhaan ilahi." Bisa dibilang, Partai Masjumi adalah gerakan aliansi (harakah tansiqiyah) dari beragam latarbelakang organisasi dan tokoh umat Islam. Para pendiri partai ini adalah para ulama, cendekiawan, dan founding fathers (pendiri bangsa) yang bercita-cita bagi tegaknya syariat Islam di negeri ini. Tokoh-tokoh seperti KH. Hasjim Asj'ary (Nahdlatul Ulama), Haji Agus Salim (Sarekat Islam), Mohammad Natsir (Persis), KH. A. Wahid Hasjim (NU), Prawoto Mangkusasmito (Muhammadiyah), Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, Syaikh Djamil Djambek (Perguruan Thawalib Sumatera) dan lain-lain adalah orang-orang yang berada di balik berdirinya partai berlambang bintang dan bulan ini. Para tokohnya dikenal sebagai sosok-sosok yang sederhana, cerdas, teguh pendirian, dan santun dalam berjuang. Partai Masjumi berusaha bersikap moderat (tawasuth) dalam perjuangan. Berusaha untuk sekuat tenaga gigih dalam perjuangan menegakkan Islam, namun tetap diiringi dengan kesabaran yang ekstra sebagai upaya menjaga kemaslahatan yang lebih besar. Allahyarham Dr. Mohammad Natsir pernah mengatakan, "Kalau rumah jang baru kita dirikan belum memuaskan kehendak kita, apakah lantas kita bakar sadja sampai hangus?". Artinya, usaha membangun negeri ini ke arah yang lebih baik, kepada cita-cita Islam, membutuhkan kesabaran. Bersabar bukan berarti tunduk dan diam terhadap kemungkaran dan penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang yang berkuasa. Bersabar bukan berarti pasif, berdiam diri, atau bahkan malah berpeluk mesra dengan penguasa yang jelas-jelas mungkar. Bersabar tetap dalam koridor menegakkan jihad bil lisan kepada penguasa yang zalim, sambil terus memberikan sumbangsih bagi perbaikan-perbaikan dan kemaslahatan umum. Saat Soekarno bertindak otoriter, memaksakan ideologi Nasakomnya, membubarkan Konstituante yang bertugas merumuskan dasar negara, maka Partai Masjumi menyerukan kepada para anggota dan simpatisannya,"Jakinlah bahwa perdjuangan Ummat Islam Indonesia ke arah tjita-tjita jaitu, "dipedomaninja hukum dan adjaran Islam dalam hidup bermasjarakat dan bernegara oleh bangsa dan negara kita agar tertjapai kehidupan jang adil dan makmur" masih akan memakan waktu jang pandjang, jang menghadjatkan ketabahan, kesabaran, keuletan, dan kebidjaksanaan disamping iman, taqwa dan tahan berkurban…" Kesabaran Partai Masjumi dalam berjuang terlihat bahkan sampai partai ini dibubarkan. Ketika dibubarkan oleh rezim Soekarno, para tokoh Partai Masjumi tidak lantas menyerukan pada kader, anggota, dan simpatisannya di seluruh Indonesia untuk memberontak melawan kebijakan pemerintah. Tapi Masjumi memilih menempuh jalur hukum dengan menggugat pemerintah, meskipun berujung kalah. Bagaimana Partai Masjumi menyikapi Republik Indonesia yang ketika itu baru saja merdeka? Apa tugas dan kewajiban Masjumi yang mesti dilakukan,”Kita kaum muslimin Indonesia jang merupakan bagian penduduk jang terbanjak memikul beban tanggung djawab jang terbesar terhadap keselamatan dan pembangunan Negara Republik Indonesia selandjutnja- menudju kepada negara jang berkebadjikan, diliputi oleh keridhaan Ilahi, dimana terlaksanalah adjaran-adjaran Islam dalam kehidupan negara dan masjarakat,” tulis Partai Masjumi. Konsep dan gagasan Masjumi dalam menjalankan pemerintahan bertujuan pada upaya menciptakan “Baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur”, negeri yang berkah dengan ampunan Tuhan yang melimpah.“Kita Masjumi memperdjuangkan kalimat Allah, terlaksananya adjaran-adjaran Islam, di dalam kehidupan orang seorang, masjarakat dan negara Republik Indonesia menudju keridhaan Ilahi.” Bagaimana wujud dari “baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur” tersebut? Partai Masjumi menyatakan,”Negara yang berkebadjikan diliputi ampunan Ilahi, dengan perantara-perantaraan wakil-wakil rakjat jang dipilih, dimana koidah-koidah kedaulatan rakjat, kemerdekaan, persamaan, tasamuh (lapang dada), keadilan sosial sebagai jang diadjarkan oleh Islam, terlaksana sepenuhnja; dimana kaum muslimin mendapat kesempatan untuk mengatur pri-kehidupan pribadi dan masjarakatnja sesuai dengan adjaran dan hukum-hukum Islam sebagai jang tertjantum dalam Al-Qur’an dan sunnah, dimana golongan keagamaan lainja memilih kemerdekaan untuk menganut dan mengamalkan agamanja serta mengembangkan kebudajaannja dimana bagi seluruh penduduknja dari segenap lapisan dapat hidup atas dasar keragaman; terdjamin baginja hak-hak azasi manusia jang termasuk di dalamnja keadilan di lapangan sosial, ekonomi, dan politik; kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat, kemerdekaan menganut dan mendjalankan agama satu dan lainja tidak bertentangan dengan undang-undang negara dan susila.” Partai Masjumi melanjutkan, “Kita perdjuangkan ini, dengan menjusun tenaga ummat dengan tertib, dengan membangunkan peri-kehidupan lahir-bathin, pengertian dan achlak ummat, dan mendidik sifat, kekuatan dan ketjakapan untuk memperoleh segala sjarat mendukung dan mengembangkan tjita-tjita Islam sebagai tjara hidup (way of life) jang memberikan rahmat bahagia bagi segenap machluk (rahmatan lil ‘alamien). Kita perdjuangkan ini melalui djalan jang sjah, sebagaimana jang terbuka djalanja dalam negara republik kita jang berdasar kedaulatan rakjat, melalui saluran-saluran jang lazim dalam negara demokrasi. Tjita-tjita luhur dan sutji ini, hanja dapat ditimbulkan dalam ketertiban dan keamanan. Kekatjauan tak dapat tidak (akan) mengakibatkan pemborosan tenaga, harta dan djiwa, dan tidak dapat dipertanggungdjawabkan. Kekatjauan membawa semua usaha dan ichtiar ke djalan buntu dan keruntuhan seluruhnja. Oleh karena itu, kita menolak tiap-tiap usaha dari fihak manapun djuga jang mengakibatkan kekatjauan dan kelumpuhan negara serta alat-alatnja.” Kesabaran adalah nafas panjang perjuangan. Partai Masjumi berusaha mengiringi perjuangan dalam koridor kesabaran tersebut. Berjuang sekuat tenaga, mencurahkan segala kemampuan, dalam batasan-batasan hukum agama dan hukum positif negara yang tidak bertentangan dengan Islam, dengan saluran-saluran yang legal-konstitusional, kemudian jikapun harus mengalami kekalahan, maka bersabar. Semua dilakukan demi nafas perjuangan yang panjang, karena umat Islam tak memiliki kekuatan militer dan kekuatan senjata, sehingga jika tak sabar, maka akan mudah diberangus, mudah dihabisi di tengah jalan. Bersabar bukan berarti tunduk dan diam terhadap kemungkaran dan penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang yang berkuasa. Bersabar bukan berarti pasif, berdiam diri, atau bahkan malah berpeluk mesra dengan penguasa yang jelas-jelas mungkar. Bersabar tetap dalam koridor menegakkan jihad bil lisan kepada penguasa yang zalim, sambil terus memberikan sumbangsih bagi perbaikan-perbaikan dan kemaslahatan umum. Saat Soekarno bertindak otoriter, memaksakan ideologi Nasakomnya, membubarkan Konstituante yang bertugas merumuskan dasar negara, maka Partai Masjumi menyerukan kepada para anggota dan simpatisannya,"Jakinlah bahwa perdjuangan Ummat Islam Indonesia ke arah tjita-tjita jaitu, "dipedomaninja hukum dan adjaran Islam dalam hidup bermasjarakat dan bernegara oleh bangsa dan negara kita agar tertjapai kehidupan jang adil dan makmur" masih akan memakan waktu jang pandjang, jang menghadjatkan ketabahan, kesabaran, keuletan, dan kebidjaksanaan disamping iman, taqwa dan tahan berkurban..." Buku ini memotret kisah keteladanan para tokoh Partai Masjumi dan cita-cita besar mereka dalam membangun sebuah bangsa yang berada dalam naungan Islam, sebuah negeri yang "baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur". Selamat membaca dan menikmati sejarah emas mereka! -pustaka al-kautsar-

dan Haji Agus Salim terjadi di sebuah perempatan di Jogjakarta, setelah
keduanya mengikuti kongres Jong Java pada 27-31 Desember 1924. Salim
hadir sebagai tokoh senior pergerakan, sedang Syamsuridjal sebagai anggota.
Kepada ...

Pengantar Studi Fikih Islam

Ilmu fikih adalah satu disiplin ilmu yang sangat penting kedudukannya dalam umat Islam. Fikih termasuk ilmu yang muncul pada awal berkembangnya agama Islam. Secara esensial, fikih sudah ada pada masa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, walaupun belum menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Sebab semua persoalan keagamaan yang muncul waktu itu langsung ditanyakan kepada Rasulullah. Maka seketika itu solusi persoalan langsung teratasi, dengan bersumber pada Al-Qur`an dan sunnah Nabi. Setelah wafatnya Nabi, ilmu fikih mulai muncul, seiring dengan timbulnya permasalahan-permasalahan yang muncul di tengah-tengah umat dan membutuhkan sebuah hukum melalui jalan istinbath. Buku ini bisa dikatakan sebagai buku pengantar sejarah perkembangan fikih Islam, karena isinya membahas perjalanan fikih Islam dari awal, terbentuknya madzhab-madzhab, hingga fikih untuk masa depan. Buku sangat layak dijadikan referensi atau sebagai pengantar dalam mengenal fikih Islam bagi para mahasiswa, pemerhati, dan pegiat hukum Islam. -Pustaka Al-Kautsar-

Dalam bab ini kami ingin menjelaskan bahwa Islam harus memiliki teori nyata
dalam sistem hukum dan menejemen kenegaraan. Teori ini sudah diaplikasikan
dalam bentuk perilaku sepanjang periode Arab-Islam masa lalu. Jadi, secara ...

Orang Indonesia Banyak Masuk Surga

• Jika Anda ingin istirahat dari segunung persoalan di dunia...masuklah surga. • Jika Anda ingin bebas dari segala tekanan, intimidasi, rasa takut, gelisah, kekurangan...kejarlah surga. • Jika Anda ingin kemewahan materi, puncak kelezatan kuliner, sejuta kehangatan cinta, lautan eksotisme, popularitas orisinil, aneka kejutan berkesan...ketuklah pintu surga. • Jika Anda ingin tetap optimis, tidak lelah berjuang, tidak malas beramal, tidak bosan mendaki tebing-tebing ikhtiar manusiawi...jadikan surga sebagai tujuan. • Jika Anda ingin ketenangan, damai, bebas konflik, kualitas kesopanan, kekeluargaan, harmoni sosiaL.berjuanglah mencapai surga-Nya. • Jika Anda ingin selamat dari siksa menyakitkan, penderitaan panjang, jilatan api, suara raungan histeris, kemalangan paling sial, para Malaikat penjaga neraka yang bengis, kejam, dan tanpa toleransi... maka raihlah keselamatan surga. Allah SWT berfirman dalam hadits qudsi: "Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih (di surga) kenikmatan yang tak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di had manusia." [HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah $®]. Buku ini membahas keindahan surga dengan pendekatan kehidupan riil, lebih praktis, berdasar dalil-dalil syariat, dan mudah. Bahkan buku ini membahas sejumlah poin tentang peluang bangsa Indonesia masuk surga. Kata penulis, "Insya Allah, peluangnya terbuka lebar." Sebuah karya unik, motivatif, dan memberi arah jalan lurus. Kejarlah surga, engkau akan mendapatkan. Tebarkan sebanyak-banyak kebajikan, engkau akan memetik hasil. Tetap konsisten di jalan kebenaran, meskipun menanggung kesulitan, engkau akan berbuka di sisi-Nya. Amin. www. kautsar.co.id -pustaka al-kautsar-

• Jika Anda ingin istirahat dari segunung persoalan di dunia...masuklah surga. • Jika Anda ingin bebas dari segala tekanan, intimidasi, rasa takut, gelisah, kekurangan...kejarlah surga. • Jika Anda ingin kemewahan materi, puncak ...