Sebanyak 10 item atau buku ditemukan

Pembelajaran Tematik SD/MI Implementasi Kurikulum 2013 Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills)

Lahirnya Kurikulum 2013 sebagai langkah lanjutan dari proses pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Keberadaan Kurikulum 2013 didasarkan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Dalam tataran konsep dan implementasinya, kurikulum dimaknai sebagai seperangkat rencana dan pengaturan yang berisi tujuan, isi dan bahan pelajaran, metode yang digunakan dalam penyelenggaraan pembelajaran, serta alat evaluasi pembelajaran. Keberadaan kurikulum sangat terkait langsung dengan tujuan atau target yang diharapkan dalam pendidikan, seperti tujuan nasional jangka panjang yang termaktub dalam UU No. 20. Tahun 2003, tujuan institusional sekolah/madrasah, maupun tujuan pembelajaran yang menjadi target pendidik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Terkait dengan tujuan tersebut dalam Kurikulum 2013, dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD). Ketiga komponen tujuan tersebut semua bermuara pada tuntutan pembelajaran yang dapat mengarahkan peserta didik menjadi manusia Indonesia yang selalu taat dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya (selanjutnya disebut sikap spiritual atau KI 1), bertanggung jawab sebagai warga negara yang mandiri dan demokratis (selanjutnya disebut sikap sosial atau KI 2), wawasan pengetahuan (selanjutnya disebut pengetahuan atau KI 3) dan skill (selanjutnya disebut keterampilan atau KI 4) yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal lain yang tak kalah penting dari kurikulum selanjutnya adalah proses penyampaian materi ajar dan evaluasi yang akan dilakukan seorang pendidik. Oleh karena itu, setiap terjadi perubahan kurikulum (termasuk Kurikulum 2013) berimplikasi pada perubahan SKL, Isi, Proses Pembelajaran, dan Evaluasi Pembelajaran.

Lahirnya Kurikulum 2013 sebagai langkah lanjutan dari proses pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

Teknik dan Ideologi Penerjemahan Bahasa Inggris (Teori dan Praktik)

Teknik dan ideologi penerjemahan telah menjadi bagian yang sangat penting dalam proses penerjemahan, sebab keduanya tidak bisa dipisahkan karena melekat satu sama lain. Buku yang berjudul Teknik dan Ideologi Penerjemahan Bahasa Inggris (Teori dan Praktik) ini menyajikan tentang teknik penerjemahan dan ideologi yang dilengkapi dengan teori dan praktik. Di dalam buku ini juga disajikan beberapa materi lain yang berhubungan dengan dunia penerjemahan. Selain itu, buku ini menawarkan pembelajaran materi tentang teori-teori penerjemahan dan praktik dalam bentuk analisis yang diperuntukkan bagi mahasiswa pendidikan bahasa Inggris secara umum, untuk praktisi bidang penerjemahan, serta para peneliti bidang penerjemahan.

Buku yang berjudul Teknik dan Ideologi Penerjemahan Bahasa Inggris (Teori dan Praktik) ini menyajikan tentang teknik penerjemahan dan ideologi yang dilengkapi dengan teori dan praktik.

Dasar-Dasar Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan di perusahaan merupakan struktur penting dalam mengolah dana perusahaan karena semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan anggaran tertuju pada manajemen keuangan. Manajemen keuangan merupakan kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian, dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.

diutarakan, dapat diambil kesimpulan bahwa resiko adalah sesuatu yang belum pasti namun apabila tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan kerugian bagi usaha tersebut. Resiko dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni: a.

Kosa Kata dan Ungkapan Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia. Bahasa tersebut dituturkan oleh suku Jawa yang mendiami sebagian besar Pulau Jawa, yaitu Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu, tak aneh jika Bernard Comrie (via Montolalu dkk, 2007: 186), salah seorang ahli linguistik terkemuka, menyampaikan, bahasa Jawa memiliki jumlah penutur sebanyak 65 juta orang, dan termasuk ke dalam 20 bahasa ibu yang jumlah penuturnya terbanyak di seluruh dunia. Terkait itu, banyaknya jumlah penutur bahasa Jawa di Indonesia, ternyata berdampak pula pada banyaknya kosakata bahasa Indonesia dari bahasa Jawa, khususnya yang tercantum di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008). Di dalam kamus kebanggaan bangsa Indonesia itu, tercatat 1.049 buah kosakata bahasa Jawa, yang akan diuraikan dalam bagian “Daftar Kosakata Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia A-Z”. Dengan demikian, bahasa Jawa (dan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia) sebagai pemerkaya bahasa Indonesia (Soeparno, dkk, 1997: 4). Selain kosakata, di dalam kamus terbitan Pusat Bahasa (kini Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) itu tercatat pula 39 buah ungkapan bahasa Jawa, salah satunya ialah ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, artinya ‘(berada) di depan memberi contoh sehingga dapat diteladani, di tengah memberi dorongan semangat, dan mengikuti dari belakang dengan memberi kekuatan dalam usaha melaksanakan tugas’. Selengkapnya, bisa dilihat dalam bagian “Daftar Ungkapan Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia”.

Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia.

Daftar Kosakata Bahasa Sunda dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mencerminkan keberagaman bangsa Indonesia. Bahasa negara kita itu ternyata diperkaya oleh kosakatakosakata bahasa daerah di Indonesia yang banyak jumlahnya. Berapa jumlah bahasa-bahasa daerah di Tanah Air? Menurut informasi dari Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, M.S., Guru Besar Bidang Antropolinguistik Universitas Khairun, Ternate, Indonesia adalah negara yang memiliki bahasa daerah terbanyak kedua di dunia, sebanyak 646 bahasa daerah/etnik (menurut Badan Bahasa) atau 720 bahasa daerah/etnik (menurut Summer Institute of Linguistics, SIL). Sementara itu, Papua Nugini adalah negara yang memiliki bahasa daerah terbanyak pertama di dunia, sebanyak 820 bahasa daerah/etnik.

Bahasa Indonesia mencerminkan keberagaman bangsa Indonesia.

Daftar Kosakata Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mencerminkan keberagaman bangsa Indonesia. Bahasa negara kita itu ternyata diperkaya oleh kosakatakosakata bahasa daerah di Indonesia yang banyak jumlahnya. Berapa jumlah bahasa-bahasa daerah di Tanah Air? Menurut informasi dari Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, M.S., Guru Besar Bidang Antropolinguistik Universitas Khairun, Ternate, Indonesia adalah negara yang memiliki bahasa daerah terbanyak kedua di dunia, sebanyak 646 bahasa daerah/etnik (menurut Badan Bahasa) atau 720 bahasa daerah/etnik (menurut Summer Institute of Linguistics, SIL). Sementara itu, Papua Nugini adalah negara yang memiliki bahasa daerah terbanyak pertama di dunia, sebanyak 820 bahasa daerah/etnik.

Bahasa Indonesia mencerminkan keberagaman bangsa Indonesia.

Daftar Kosakata Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mencerminkan keberagaman bangsa Indonesia. Bahasa negara kita itu ternyata diperkaya oleh kosakatakosakata bahasa daerah di Indonesia yang banyak jumlahnya. Berapa jumlah bahasa-bahasa daerah di Tanah Air? Menurut informasi dari Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, M.S., Guru Besar Bidang Antropolinguistik Universitas Khairun, Ternate, Indonesia adalah negara yang memiliki bahasa daerah terbanyak kedua di dunia, sebanyak 646 bahasa daerah/etnik (menurut Badan Bahasa) atau 720 bahasa daerah/etnik (menurut Summer Institute of Linguistics, SIL). Sementara itu, Papua Nugini adalah negara yang memiliki bahasa daerah terbanyak pertama di dunia, sebanyak 820 bahasa daerah/etnik.

Bahasa Indonesia mencerminkan keberagaman bangsa Indonesia.

Mensyukuri Bahasa Indonesia 25 Kolom Bahasa

Pada 4-5 September 2012 lalu, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan forum keberagaman bahasa Asia-Europe Meeting (ASEM). Forum ini merupakan kegiatan diskusi terbuka antara pembuat kebijakan, ahli bahasa, dan perwakilan masyarakat yang aktif dalam pelestarian bahasa daerah yang terancam punah di Asia dan Eropa. Pertanyaannya, apa pesan utama yang dapat diambil dari forum bertaraf internasional tersebut? Terhadap pertanyaan itu, perlu diketahui terlebih dahulu tema yang diangkat pada forum tersebut, yakni “Melestarikan dan Mempromosikan Keberagaman Bahasa di Asia dan Eropa Menuju Pengembangan yang Berkelanjutan”. Jelas kiranya, pesan utama yang ingin disampaikan dari forum ASEM ialah mengajak kita guna melestarikan dan mempromosikan bahasa di Asia dan Eropa, termasuk bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Harapannya, melalui forum itu, kita diajak untuk merawat bahasa Indonesia dan bahasa daerah (ibu). Lain harapan, lain pula kenyataan. Saat ini kosakata asing (baca: bahasa Inggris) banyak bertaburan di sekitar kita. Di Jogja, begitu akrab dengan nama-nama, seperti Merapi View, XT Square, Saphir Square, Ambarukmo Plaza, Alfamart, Indomart, Circle K, Kids Fun, Pamela Swalayan, sampai istilah download, handphone, dan mangrove.

Pada 4-5 September 2012 lalu, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan forum keberagaman bahasa Asia-Europe Meeting (ASEM).

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Dalam kehidupan kita dewasa ini, tampaknya kita sudah terlalu sering mendengar adanya pejabat atau orang yang berkedudukan berprilaku menyimpang. Entah itu perilaku a moral maupun tindakan kriminal (seperti korupsi, kolusi dan nepotisme). Yang membuat ironi adalah di belakang nama mereka tidak jarang tersemat, gelar yang begitu panjang. Dari gelar sarjana strata satu bahkan hingga guru besar. Yang teranyar adalah ada kasus seorang guru besar tertangkap tangan sedang pesta sabu di Makassar pada penghujung tahun 2014 silam. Yang membuat ironi adalah, mengapa faktor pendidikan tidak berbanding lurus dengan perilaku seseorang? Ironi tersebut memang patut dipertanyakan. Sebab memang kenyataannya faktor pendidikan justru berbanding terbalik dengan perilaku seseorang. Tapi tentu saja kita tidak boleh apriori, sebab toh tidak sedikit orang yang berpendidikan namun juga mempunyai perilaku bermoral dan sesuai aturan. Namun banyaknya kasus yang menimpa orang-orang yang berpendidikan, patut mempertanyakan ironisme tersebut. Ibarat pepatah, “nila setitik, rusak susu sebelanga.” Meskipun kasus-kasus a moral dan menyimpang dari orang yang berpendidikan lebih sedikit daripada yang berprilaku bermoral dan sesuai aturan, hal ini cukup menjadi alasan mempertanyakan bagaimana peran pendidikan dalam kehidupan seseorang. Pendidikan, khususnya pendidikan Islam, sudah selayaknya tidak hanya bersifat formalitas. Jika pendidikan Islam hanya bersifat formalitas, maka yang terjadi adalah pendidikan tersebut tidak mampu mewarnai kehidupan seseorang. Buku ini setidaknya mengajak kepada pembaca untuk menjadikan pendidikan Islam tidak saja sebagai alat untuk menciptakan generasi yang beriman dan bertakwa namun juga menjadi gaya hidup seseorang maupun masyarakat. Hal ini dapat dicapai apabila pendidik dan peserta didik dapat mengetahui apa hakikat pendidikan Islam tersebut. Pengetahuan tentang hakikat inilah sesungguhnya yang menjadi pokok bahasan Filsafat Pendidikan Islam dalam buku ini. Sebagaimana diungkapkan penulis, Filsafat Pendidikan Islam memiliki maksud pada kajian pemikiran-pemikiran yang rasional, mendalam, sistematis, universal, dan spekulasi tentang pendidikan berdasarkan tuntunan ajaran Islam. Filsafat sendiri sebetulnya bukan barang aneh dalam Islam, meskipun sebagian besar umat Islam merasa khawatir dengan melekatnya istilah “filsafat” dalam kajian Islam. Kekhawatiran tersebut muncul karena filsafat dianggap dekonstruktif terhadap tatanan norma yang sudah mapan dalam Islam. Kekhawatiran ini sebenarnya tidak cukup beralasan, sebab dengan berfilsafat kita akan mengetahui hakikat yang tersimpan dalam suatu entitas keilmuan. Dengan berfilsafat kita akan dapat bertanya secara kritis dan akhirnya dapat menemukan jawaban yang esensial. Lebih dari itu, dalam al-Qur’an dan Hadits sesungguhnya telah mengisyaratkan umat Islam untuk berfilsafat. Sekiranya filsafat itu dimaksudkan sebagai usaha untuk mempelajari hubungan di antara manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam semesta, serta manusia dengan Tuhan, maka kita akan menjumpai pembahasan filsafat dalam al-Quran. Dalam ayat-ayat al-Qur’an yang dimaksud, banyak sekali ajakan kepada umat Islam untuk menggunakan akal pikirannya. Ajakan ini tidak lain adalah anjuran untuk berfilsafat itu sendiri. Bahkan di dalam Hadits, juga sangat lekat mengenai anjuran untuk berfilsafat ini. Seperti ada Hadits Nabi yang berbunyi, “ambillah hikmah (filsafat) darimana datangnya”; “agama itu adalah akal, barangsiapa yang tidak berakal maka ia tidak bisa beragama”; “tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China”, dan lain-lain. Jadi, filsafat dalam Islam sesungguhnya bukan suatu hal yang aneh namun justru dianjurkan. Akhirnya, buku ini pada dasarnya mengajak kepada para pembaca sekalian untuk mengetahui hakikat pendidikan Islam. Islam yang mempunyai ajaran moral yang begitu mulia, sudah selayaknya dapat ditransfer kepada setiap peserta didik dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Namun dalam proses pembelajaran tersebut, harus diketahui hingga esensi ataupun hakikatnya. Sehingga tujuan pendidikan Islam agar terbentuknya kepribadian yang utama berdasarkan pada nilai-nilai dan ukuran ajaran Islam dapat terwujud dengan baik. Selamat membaca!

Sebagaimana diungkapkan penulis, Filsafat Pendidikan Islam memiliki maksud pada kajian pemikiran-pemikiran yang rasional, mendalam, sistematis, universal, dan spekulasi tentang pendidikan berdasarkan tuntunan ajaran Islam.

Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Agama Islam Multikultural

Pendidikan Islam Indonesia memiliki kekhasan tersendiri berbanding dengan negara lain dalam dunia Islam. Tidak saja berbentuk madrasah, tetapi beragam. Ini belum lagi adanya perjumpaan dengan etnisitas dan juga keberagamaan di masyarakat Indonesia. Walau dengan nama yang sama, madrasah atau pesantren, tetapi keduanya ketika berada dalam lingkungannya masing-masing memiliki corak tersendiri. Dalam pandangan-pandangan inilah, kemudian buku ini diwujudkan untuk memberi ruang bagi tersemainya pandangan keberagaman di pendidikan Islam. Dalam soal ideologis, tetap saja tunggal. Namun dalam praktik, begitupula dengan metode, akan mengalami adaptasi disesuaikan dengan kondisi kelembagaan. Buku ini menjadi bagian dari ikhtiar untuk mendokumentasikan pendidikan Islam di Indonesia. Dengan kondisi yang diuraikan sebelumnya, merupakan sebuah kesempatan dalam memperkaya maklumat pendidikan. Termasuk dengan adanya langkah ini sehingga dapat melengkapkan mozaik pendidikan Islam.

Pendidikan Islam Indonesia memiliki kekhasan tersendiri berbanding dengan negara lain dalam dunia Islam.