Titik Nadir Demokrasi
Tanpa disadari, korupsi menjadi salah satu "sahabat" sehari-hari kita. Korupsi tak terasa korupsi karena milik bersama, dilakukan bersama, ditutupi dengan alibi-alibi bersama, ditaburi harum wewangian retorika dari berbagai sudut, sisi, dan disiplin. Korupsi menjadi kecenderungan sehari-hari. Menjadi "naluri alamiah" tradisi kebudayaan kita. Menjadi makanan pokok sehari-hari. Menjadi candu yang membuat orang merasa rugi kalau tak melakukannya. Inilah hari-hari kesunyian manusia dalam negara. Manusia terasing di dalam rumah sejarahnya sendiri. Manusia menciptakan penjara-penjara politik yang pengap, penjara-penjara ekonomi yang menyesakkan dan mencambuki punggung, serta penjara-penjara kebudayaan yang wajahnya gemerlap tetapi membuat lubuk nuraninya lenyap ke ruang-ruang hampa. Manusia menciptakan penjara-penjara sampai akhirnya rekayasa-rekayasa untuk mempertahankan eksistensi penjara-penjara itu menjelma menjadi penjara tersendiri yang lebih dahsyat kungkungannya. Inilah titik nadir dari sebuah demokrasi. [Mizan, Bentang Pustaka, Cak Nun, Budaya, Masyarakat, Negara, Indonesia]
- ISBN 13 : 6022911656
- ISBN 10 : 9786022911654
- Judul : Titik Nadir Demokrasi
- Pengarang : Emha Ainun Nadjib,
- Kategori : Literary Collections
- Penerbit : Bentang Pustaka
- Bahasa : id
- Tahun : 2016
- Halaman : 288
- Halaman : 288
- Google Book : https://play.google.com/store/books/details?id=_c4PDAAAQBAJ&source=gbs_api
-
Ketersediaan :
Inilah titik nadir dari sebuah demokrasi. [Mizan, Bentang Pustaka, Cak Nun, Budaya, Masyarakat, Negara, Indonesia]