sejarah bahasa Inggris dan pengaruhnya terhadap kebijakan Bahasa di dunia dan Indonesia
Kebanyakan orang mungkin telah familiar dengan sebutan Bahasa Inggris sebagai Bahasa internasional, Bahasa Inggris sebagai Bahasa global atau bahkan Lingua Franca masyarakat dunia. Kita boleh saja percaya akan pernyataan itu ataupun menyanggahnya. Buku ini berusaha memberikan paparan fakta berupa sejarah dan analisa ilmiah tentang bagaimana sebuah bahasa kuno yang awalnya muncul di daratan Jerman utara, berekspansi ke kepulauan Britania dan kemudian secara cepat menyebar luas di seluruh dunia serta menjadi bahasa yang penggunaannya sangat dominan di berbagai bidang sampai sekarang. Buku ini juga secara khusus memaparkan sebuah kajian literatur tentang dominasi dan pengaruh Bahasa Inggris terhadap kebijakan bahasa, kondisi sosiokultural masyarakat dan ekosistem bahasa di Indonesia. Walaupun status Bahasa Inggris adalah asing di Indonesia, pada kenyataannya Bahasa Inggris justru menjadi bagian atau komponen dari berkembangnya identitas Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional serta bahasa lokal lainnya di Indonesia. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengakui 6 (enam) jenis bahasa dunia sebagai bahasa resminya, yaitu Arab, Mandarin, Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol (Sumber: United Nations). Pemilihan bahasa resmi ini sudah sangat jelas didasarkan pada banyaknya jumlah pengguna keenam bahasa tersebut, yang terbukti paling besar di dunia. Menurut para peneliti bahasa, diantara 6 bahasa itu, hanya Bahasa Inggris lah yang penggunaannya paling variatif mencakup berbagai macam sektor kehidupan manusia. Secara angka, jumlah pengguna Bahasa Mandarin memang paling banyak, namun konteks dan ruang lingkup penggunaannya tidak sevariatif Bahasa Inggris. Penggunaan Bahasa Inggris secara masif telah mencakup banyak bidang, dari ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, budaya hingga teknologi komunikasi dan informasi. Sebagai dampaknya, persebaran Bahasa Inggris di dunia bisa dikatakan paling cepat dibandingkan dengan kelima bahasa lainnya itu. Persebaran dan penggunaan Bahasa Inggris yang masif dan variatif ini tidak lepas dari sejarah kolonialisasi atau penjajahan bangsa Inggris dan Amerika Serikat di masa lalu. Akibatnya banyak negara bekas jajahan kedua bangsa ini yang dijadikan sebagai negara koloni. Namun, penjajahan bukanlah satu-satunya faktor alasan bagaimana Bahasa Inggris tersebar luas di berbagai bidang. Faktor lain yang secara signifikan mempengaruhi persebaran itu adalah Revolusi industri di negara Inggris dan munculnya kekuatan ekonomi baru bangsa Amerika Serikat sejak akhir abad ke-19 hingga sekarang. Sebagai dampaknya, Bahasa Inggris akhirnya mendapatkan status khusus di banyak negara sebagai bahasa kedua atau bahasa asing yang paling penting untuk dipelajari. Bahasa Inggris bahkan juga telah digunakan sebagai bahasa pengantar berbagai macam pertemuan dan forum internasional di dunia. Atas pertimbangan pentingnya penguasaan Bahasa Inggris, masyarakat di berbagai belahan dunia kemudian berlomba-lomba mempelajarinya. Mereka meyakini bahwa dengan menguasai Bahasa Inggris, mereka akan mendapatkan banyak keuntungan, baik dalam pengembangan karir, ilmu pengetahuan maupun relasi. Mereka bahkan rela mengeluarkan dana yang tidak sedikit agar berhasil mempelajari dan menguasainya. Supaya bisa bekerja di tempat yang baik atau bersekolah di luar negeri, banyak pula anak-anak muda menghabiskan tenaga, pikiran, waktu dan uang untuk berlatih Bahasa Inggris dan mendapatkan skor TOEFL atau IELTS yang tinggi sebagai salah satu syarat wajibnya. Banyak juga orang tua yang memasukkan anaknya di tempat kursus Bahasa Inggris atau sekolah internasional karena menyadari akan pentingnya bahasa ini bagi anak-anak mereka di masa depan. Fenomena mempelajari dan menggunakan Bahasa Inggris yang masif ini ternyata juga terjadi di Indonesia. Menjamurnya pendidikan formal dan non-formal berlabel internasional serta kursus Bahasa Inggris di kota-kota besar menjadi bukti akan kuatnya ketertarikan masyarakat untuk menguasai bahasa asing ini dan mendapatkan keuntungan besar darinya. Selain keuntungan karir dan pendidikan, masyarakat bisa memperoleh manfaat lainnya. Ketika menjalankan bisnis misalnya, mereka cenderung lebih sering menggunakan istilah Bahasa Inggris untuk menarik perhatian para pelanggan dan relasi mereka. Masyarakat sepertinya telah memiliki pola pikir akan keyakinan bahwa penggunaan istilah dalam Bahasa Inggris dalam segala kegiatan usahanya itu lebih menjual dan terlihat lebih intelektual dan keren dibandingkan dengan menggunakan istilah dalam Bahasa Indonesia. Sebagai bukti, banyak sekali ditemukan kata, frase atau bahkan kalimat yang dijadikan sebagai slogan atau penguatan merk (Branding) pada berbagai macam produk yang dijual. Fenomena ini biasa dikenal dengan sebutan “English fever” atau secara harfiah bermakna “Demam Bahasa Inggris” oleh para peneliti bahasa. Demam Bahasa Inggris faktanya tidak hanya menjangkiti orang-orang yang tinggal di perkotaan, tapi juga masyarakat yang hidup di berbagai pelosok tanah air. Banyak kalangan masyarakat cenderung menggunakan istilah-istilah Bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari mereka dan banyak pula anak muda yang mencampuradukkan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris ketika berkomunikasi dengan teman-temannya. Para peneliti bahasa menyebut kebiasaan ini dengan istilah “Word borrowing” atau “Loanwords,” yang berarti peminjaman kata dari Bahasa Inggris kedalam Bahasa Indonesia dan “Code-switching,” yang maknanya alih kode bahasa serta “Code-mixing” atau campur kode bahasa. Kebiasaan ini ternyata sudah berlangsung lama di Indonesia, sehingga banyak sekali istilah-istilah Bahasa Inggris yang akhirnya secara resmi diserap kedalam Bahasa Indonesia atau bahasa lokal lainnya. Kondisi ini menjadi dilematis karena di satu sisi, status Bahasa Inggris adalah bahasa asing di Indonesia, tapi disisi lain, Bahasa Inggris juga berperan menjadi bagian dari perkembangan identitas Bahasa Indonesia dan bahasa lokal lainnya di Indonesia. Berdasarkan kajian tersebut, yang didukung oleh berbagai referensi ilmiah, julukan Bahasa Inggris sebagai warisan kolonialisme dan bentuk imperialisme baru memang sudah tepat, yang akhirnya dijadikan sebagai judul buku ini.
Kebanyakan orang mungkin telah familiar dengan sebutan Bahasa Inggris sebagai Bahasa internasional, Bahasa Inggris sebagai Bahasa global atau bahkan Lingua Franca masyarakat dunia.