Sebanyak 1 item atau buku ditemukan

Panduan Menggunakan Media Sosial untuk Generasi Emas Milenial

Perkembangan dunia maya tidak mungkin dibendung dan semakin sulit untuk ditahan lajunya. Gelombang itu menghantarkan siapa pun yang dapat memanfaatkannya dengan baik, namun tidak jarang menghancurkan sosok individu, organisasi, lembaga pemerintahan bahkan negara. Banyak khalayak yang memanfaatkan era kebebasan ini secara tidak bertanggung jawab sehingga penyalahgunaan media internet terjadi di level personal, sosial, nasional bahkan regional. Banyak contoh yang terjadi di dalam negeri, misalnya masa-masa pemilu dan tahun-tahun politik. Massa berlomba membuat berbagai propaganda melalui website, blog, twitter, facebook dan lainnya untuk mengirimkan agitasi, hoax dan propaganda yang ujungnya bisa saja menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa. Informasi yang disampaikan pun bias dan cenderung fitnah mengadu domba, mengakibatkan sampah-sampah informasi bertebaran di jagad virtual. Akibatnya, tidak jarang pengguna medsos dan khalayak awam beranggapan agitasi sesat itu sebagai sebuah kebenaran. Para pengguna medsos kemudian beramai-ramai “membunuh” karakter orang-orang tertentu atau lembaga-lembaga tertentu. Inilah yang disebut sebagai pembunuhan karakter (character assasination). Fenomena yang terjadi di Indonesia seperti yang dijelaskan di atas menunjukkan bahwa netizen di dalam negeri, masih gagap dalam menghadapi perkembangan media digital. Di satu sisi, mereka mampu mengoperasionalkan perkembangan piranti keras (hardware) dan piranti lunak (software), namun di sisi lain banyak rakyat Indonesia yang belum memahami tentang konsekuensi dari keberadaan media digital dalam kehidupan sehari. Hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan media internet sebagai sarana produktif untuk mendapatkan, menyebarluaskan dan memasok informasi yang benar dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Meski berbagai upaya telah dilakukan, Pemerintah, ormas keagamaan, akademisi hingga LSM untuk membangkitkan literasi media digital di kalangan khalayak, namun untuk mengurangi berita-berita sampah masih perlu perjuangan berat dan perjalanan terjal yang panjang. Harus diakui, masyarakat Indonesia pada umumnya telah sanggup mengikuti perkembangan literasi digital. Namun, kesadaran untuk melakukan cek, ricek dan kroscek terhadap informasi yang didapat, masih sangat lemah. Pengguna internet tidak mengenal usia, mulai dari usia anak hingga manula.

Perkembangan dunia maya tidak mungkin dibendung dan semakin sulit untuk ditahan lajunya.