Sebanyak 1 item atau buku ditemukan

Pendidikan Islam Transformatif ala KH.Abdurrahman Wahid

Penulis : Efendi,S.Pd.I Hal :192 ISBN : 978-602-6364-96-8 Sinopsis : Berbicara tentang dinamika pendidikan Indonesia, berarti tidak bisa meninggalkan pembahasan tentang keadaan masyarakatnya yang pluralis, baik itu agamanya atau kebudayaannya. Realitas tersebut kemudian mengidealkan penyikapan yang toleran serta demokratis. Harapannya agar interaksi sosial dan dalam membangun peradaban bangsa sesuai dengan amanah Pancasila dan UUD 1945, sehingga komunikasi yang terjalin bisa positif dan sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal. Realita peradaban suatu masyarakat dewasa ini semakin hari terus berkembang dan tak terhentikan, mulai dari kontak antara satu budaya dengan budaya lainnya, pendidikan, sikap toleransi umat manusia, dan orientasi masa depan manusia. Hal tersebut merupakan hal-hal yang mau tidak mau selalu dilakukan. Padahal, manusia sebagai makhluk sosial berarti setiap individu tidak mungkin hidup layak tanpa terkait dengan kelompok masyarakat manusia lainnya. K.H. Abdurrahman Wahid, atau yang biasa disapa dengan Gus Dur memberi jalan tengah dari permasalahan tersebut. Pemikiran Gus Dur mengenai pendidikan Islam berusaha mengambil jalan tengah, tetap menjaga nilai-nilai tradisional dan menyerap modernisme barat. Pemikiran Gus Dur ini disebut neomodernisme, yaitu suatu gerakan progresif dalam pemikiran Islam yang tidak hanya timbul modernisme Islam, tetapi juga sangat tertarik pada pengetahuan tradisional. Neomodernis mengajukan argumen bagi diterimanya pendekatan yang bersifat hilistik terhadap ijtihad. Pendidikan Islam dalam perspektif Gus Dur tidak lepas dari peran pesantren sebagai salah satu instuisi pendidikan Islam yang menjadi wahana resistensi moral dan budaya atau pewaris tadisi intelektual Islam tradisional.

Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, merupakan aktivis Gerakan Nasionalis dan pernah menjadi Menteri Agama 3 kali periode (1949-1952) yaitu dalam kabinet Hatta (1949-1950), kabinet Natsir (1950-1951) dan kabinet Sukiman (1951-1952).55 Kakek ...