Sebanyak 22 item atau buku ditemukan

Tsotsi

“Tsotsi” adalah suatu gaya kaum muda kulit hitam di perkampungan-perkampungan di Johannesburg. Karena terpesona oleh film gengster Amerika tahun 1940-an, mereka meniru gaya pakaian serta pembangkangan pada hukum dan ketertiban. “Nyawa itu murah; pistol dan pisau berkuasa di malam hari,” kenang Nelson Mandela dalam autobiografinya, Long Walk to Freedom. “Gengster—disebut sebagai tsotsi—selalu membawa pisau lipat, jumlahnya banyak dan mencolok. Di masa itu, mereka meniru bintang film Amerika dan mengenakan topi fedora dan jas lapis-ganda dan dasi lebar berwarna cerah.” Selain busana, gaya ini juga mengembangkan bahasanya sendiri, tsotsitaal, yakni campuran cair dari frase-frase berbagai bahasa yang digunakan di Afrika Selatan. Novel ini bercerita tentang kehidupan tokoh Tsotsi, seorang pemuda yang tidak ingat akan nama aslinya, lupa masa kecil dan bagaimana prosesnya hingga ia bisa menjadi seorang gangster yang ditakuti banyak orang di sekelilingnya. Karakter dan hidupnya yang keras-tajam mendadak berubah setelah takdir membawanya berjumpa dengan seorang bayi yatim piatu, bayi yang secara kebetulan “ditemukannya” dan kemudian diasuhnya. Alam pikiran dan keadaan jiwa seorang Tsotsi adalah magic dari novel psikologis ini; perjalanan dan perubahan-perubahan dalam hidupnya sangat kuat, khas Afrika Selatan namun juga sekaligus tipikal kegelisahan seluruh manusia muda di bumi ini. Novel psikologi ini dianggap oleh beberapa kritikus sebagai salah satu faktor penting yang membuat film Tsotsi meraih Oscar 2006. [Bentang, Novel, Psikologi, Indonesia]

Novel psikologi ini dianggap oleh beberapa kritikus sebagai salah satu faktor penting yang membuat film Tsotsi meraih Oscar 2006. [Bentang, Novel, Psikologi, Indonesia]