Sebanyak 44165 item atau buku ditemukan

Titik Nadir Demokrasi

Tanpa disadari, korupsi menjadi salah satu "sahabat" sehari-hari kita. Korupsi tak terasa korupsi karena milik bersama, dilakukan bersama, ditutupi dengan alibi-alibi bersama, ditaburi harum wewangian retorika dari berbagai sudut, sisi, dan disiplin. Korupsi menjadi kecenderungan sehari-hari. Menjadi "naluri alamiah" tradisi kebudayaan kita. Menjadi makanan pokok sehari-hari. Menjadi candu yang membuat orang merasa rugi kalau tak melakukannya. Inilah hari-hari kesunyian manusia dalam negara. Manusia terasing di dalam rumah sejarahnya sendiri. Manusia menciptakan penjara-penjara politik yang pengap, penjara-penjara ekonomi yang menyesakkan dan mencambuki punggung, serta penjara-penjara kebudayaan yang wajahnya gemerlap tetapi membuat lubuk nuraninya lenyap ke ruang-ruang hampa. Manusia menciptakan penjara-penjara sampai akhirnya rekayasa-rekayasa untuk mempertahankan eksistensi penjara-penjara itu menjelma menjadi penjara tersendiri yang lebih dahsyat kungkungannya. Inilah titik nadir dari sebuah demokrasi. [Mizan, Bentang Pustaka, Cak Nun, Budaya, Masyarakat, Negara, Indonesia]

Inilah titik nadir dari sebuah demokrasi. [Mizan, Bentang Pustaka, Cak Nun, Budaya, Masyarakat, Negara, Indonesia]

Orang Jujur Tidak Sekolah

?Nilai kamu berapa, Rizki?? tanya Pak Guru. ?Ini Pak, tidak terlalu tinggi,? ujarku singkat sambil memperlihatkan ijazahku. ?Kok, bisa segini, sih? Harusnya kamu SMS saya dulu sebelum UN Matematika.Padahal, malam sebelumnya saya sudah kasih anak-anak kunci jawaban lewat SMS. Yang saya kasih itu umumnya dapat nilai 9,67, lho.? *** Rizki yang awalnya menaruh harapan besar pada sekolah yang mampu mengajarkan banyak hal, seketika patah hati. Hanya karena menolak lembar contekan jawaban ujian yang beredar di kalangan para siswa, Rizky dianggap aneh. Belum lagi gara-gara keterlambatannya membayar SPP setiap bulan, Rizki nyaris menjadi sasaran sindiran para guru tiap pengambilan raport tiba. Diskriminasi yang terjadi berulang kali membuat Rizki mengambil keputusan besar: berhenti dari sekolah. Ia memilih belajar dengan caranya sendiri. Menciptakan sistemnya sendiri. Rizki berlaku layaknya Tarzan, mendobrak pakem dan menemukan cara-cara liar dalam belajar di dunia sesungguhnya! ?Wahyu Aditya, creativepreneur dan penulis Sila ke-6: Kreatif Sampai Mati Benar-benar menciptakan kotak baru (new box): mengubah sekolah yang membelenggu menjadi membebaskan. ?J. Sumardianta, pendidik dan penulis Guru Gokil Murid Unyuÿ Sebuah oasis jika anda mencari contoh nyata mengenai kemurnian niat, kekukuhan integritas, dan semangat melayani dalam memberikan akses pendidikan terbaik bagi teman-teman kita yang kurang mampu dan putus sekolah. ?Widharmika Agung, founder Indorelawan.org Sekolah bukan sekadar bangunan mewah, melainkan apa yang dapat dipelajari kemudian diaplikasikan untuk berbagai kebaikan. ?Sanny Djohan, CEO PT Kuark Internasional

Nilai kamu berapa, Rizki?? tanya Pak Guru.

SUPERNOVA 1: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh

Menunaikan ikrar mereka untuk berkarya bersama, pasangan Dimas dan Reuben mulai menulis roman yang diberi judul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Paralel dengan itu, dalam kehidupan nyata, sebuah kisah cinta terlarang terjalin antara Ferre dan Rana. Hubungan cinta mereka merepresentasikan dinamika yang terjadi antara tokoh Kesatria dan Putri dalam fiksi Dimas dan Reuben. Tokoh ketiga, Bintang Jatuh, dihadirkan oleh seorang peragawati terkenal bernama Diva, yang memiliki profesi sampingan sebagai pelacur kelas atas. Tanpa ada yang bisa mengantisipasi, kehadiran sosok bernama Supernova menjadi kunci penentu yang akhirnya merajut kehidupan nyata antara Ferre-Rana-Diva dengan kisah fiksi karya Dimas-Reuben dalam satu dimensi kehidupan yang sama. [Mizan, Bentang Pustaka, Dewi Dee Lestari, Supernova, Best Seller, Fantasi, Roman, Diva, Indonesia]

Tanpa ada yang bisa mengantisipasi, kehadiran sosok bernama Supernova menjadi kunci penentu yang akhirnya merajut kehidupan nyata antara Ferre-Rana-Diva dengan kisah fiksi karya Dimas-Reuben dalam satu dimensi kehidupan yang sama. [Mizan, ...

Istriku Seribu

Penduduk negeriku malas belajar sejarah, ogah berpikir, tidak pernah merasa penting untuk mempelajari suatu persoalan melalui pertimbangan pemikiran yang saksama. Kalau ada buah busuk, mereka beramai-ramai sibuk mengutuknya, membuangnya, menghina buah itu, tanpa sedikit pun ingat pada pohonnya apalagi akarnya, terlebih lagi tanahnya-jangankan lagi pencipta tanah itu. *** Istriku Seribu merupakan esai yang ditulis Cak Nun dalam meletakkan isu poligami pada konteks kehidupan bermasyarakat. Alih-alih tenggelam dalam debat tanpa ujung mengenai poligami dan kehidupan rumah tangga, dalam buku ini, kita akan diajak mengikuti dialektika satire antara Yai Sudrun dan Cak Nun. Mulai dari asal mula turunnya ayat yang mengatur poligami, kewajiban manusia terhadap sesamanya, prasangka manusia yang membutakan, hingga konsep cinta dalam berbagai bentuk. Bersama keseribu istrinya, istri ar-Rahman dan ar-Rahim, Cak Nun mengajak kita untuk memetakan kembali batasan dan perintah Tuhan yang sesungguhnya dibuat untuk memancing akal manusia. [Mizan, Bentang Pustaka, Cak Nun, Islam, Hidup, Manusia, Indonesia]

Kalau ada buah busuk, mereka beramai-ramai sibuk mengutuknya, membuangnya, menghina buah itu, tanpa sedikit pun ingat pada pohonnya apalagi akarnya, terlebih lagi tanahnya-jangankan lagi pencipta tanah itu. *** Istriku Seribu merupakan esai ...

Kambing dan Hujan

Miftahul Abrar tumbuh dalam tradisi Islam modern. Latar belakang itu tidak membuatnya ragu mencintai Nurul Fauzia yang merupakan anak seorang tokoh Islam tradisional. Namun, seagama tidak membuat hubungan mereka baik-baik saja. Perbedaan cara beribadah dan waktu hari raya serupa jembatas putus yang memisahkan keduanya, termasuk rencana pernikahan mereka. Hubungan Mif dan Fauzia menjelma tegangan antara hasrat dan norma agama. Ketika cinta harus diperjuangkan melintasi jarak kultural yang rasanya hampir mustahil mereka lalui, Mif dan Fauzia justru menemukan sekelumit rahasia yang selama ini dikubur oleh ribuan prasangka. Rahasia itu akhirnya membawa mereka pada dua pilihan: percaya akan kekuatan cinta atau menyerah pada perbedaan yang memisahkan mereka. [Mizan, Bentang Pustaka, Cinta, Budaya, Beda, Indonesia]

Miftahul Abrar tumbuh dalam tradisi Islam modern.

Arus Bawah

Kiai Semar menghilang. Gareng, si Filsuf Desa, gugup tak alang kepalang. Namun, Petruk malah senyum-senyum saja melihat kakaknya belingsatan. Apalagi Bagong yang kerjaannya hanya makan dan tertawa-tawa. Bahkan, Dusun Karang Kedempel yang semakin rusak dan sedang membutuhkan kehadiran Semar pun tak merasa perlu mencarinya. Di tengah dominasi pakem Mahabharata yang mencengkeram kehidupan Karang Kedempel, tugas Punakawan-lah untuk merintis Gerakan Carangan. Menjadi alternatif. Mengusahakan perjuangan dari basis. Membuat warga Karang Kedempel mengerti bahwa rakyat adalah Dewa-Dewa Agung yang memegang kedaulatan tertinggi di Karang Kedempel. Menyadarkan mereka bahwa keadaan boleh membatu karang, tetapi air harus terus menetes dan kelak melubanginya. Petruk yang terlihat tenang sebenarnya juga geram. Dulu Semar-lah yang menyeret Gareng, Petruk, dan Bagong ke Karang Kedempel untuk menemani dan menggembalakan kaum penguasa menuju sesuatu yang benar. Tugas ke-Punakawan-an mereka masih jauh dari purna, tapi kenapa Semar malah lenyap tiada kabar? [Mizan, Emha Ainun Najib, Cak Nun, Punakawan, Semar, Kisah, Jawa, Indonesia]

Tugas ke-Punakawan-an mereka masih jauh dari purna, tapi kenapa Semar malah lenyap tiada kabar? [Mizan, Emha Ainun Najib, Cak Nun, Punakawan, Semar, Kisah, Jawa, Indonesia]

Soekarno Poenja Tjerita

Bung Karno ibarat samudra, laksana hutan belantara. Semakin dalam menyelami, semakin banyak saja ragam cerita di dalamnya. Begitu banyak sisi kehidupan, perjuangan, dan kepribadian Putra Sang Fajar yang barangkali belum banyak diketahui masyarakat, apalagi generasi muda. Buku ini membuktikan hal itu. Soekarno Poenja Tjerita merupakan kumpulan catatan ringan yang selama ini, bisa jadi, belum mendapat porsi yang memadai dalam "bangunan sejarah Soekarno" dalam konteks kebangsaan. Padahal, sisi pribadi presiden pertama RI ini terlalu menarik untuk dilewatkan. Mulai dari surat-surat cintanya yang menyihir, kepingan-kepingan diplomasi yang tersembunyi, beberapa rencana pembunuhan presiden, kontroversi surat wasiat politik Bung Karno, dan masih banyak lagi. [Mizan, Bentang Pustaka, Sukarno, Bapak Bangsa, Presiden, Indonesia]

Buku ini membuktikan hal itu. Soekarno Poenja Tjerita merupakan kumpulan catatan ringan yang selama ini, bisa jadi, belum mendapat porsi yang memadai dalam "bangunan sejarah Soekarno" dalam konteks kebangsaan.