Sebanyak 59 item atau buku ditemukan

POTRET PENDIDIKAN KARAKTER DI PESANTREN

Aplikasi Model Keteladanan dan Pembiasaan dalam Ruang Publik

Buku ini terdiri empat bagian. Bagian pertama merupakan bagian pendahuluan, problematika moral/akhlak masyarakat dan kontruksi metode penelitian. Bagian kedua, merupakan bagian nilai-nilai pendidikan pesantren dalam membentuk karakter. Bagian ketiga, peran pesantren dalam pembentukan karakter. Sedangkan bagian terakhir atau keempat merupakan bagian diamana penulis menemukan hasil penelitian yaitu potret pendidikan karakter di pesantren Al-Kandiyas Krapyak Yogyakarta.

Melihat uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter seharusnya dimulai sejak anak masih belita, bahkan dalam Islam pendidikan anak dimulai sejak dalam kandungan, disitulah bahwa dalam membentuk karakter bisa ...

Pendidikan Karakter Islam

Pendidikan Karakter adalah inti dari Pendidikan Islam yang semula dikenal dengan pendidikan akhlak. Pendidikan ini sudah ada sejak islam didakwahkan oleh Nabi kepada para sahabatnya. Seiring dengan Penyebaran Islam, pendidikan karakter tidak pernah terabaikan karena islam yang disebarkan oleh Nabi adalah Islam dalam arti yang utuh, yakni keutuhan dalam iman, amal saleh, dan akhlak mulia. Buku ini menguraikan secara singkat tentang latar belakang pentingnya pendidikan karakter serta keterkaitan karakter dengan akidah dan syariat Islam. Setelah itu, diuraikan tentang konsep dasar pendidikan karakter dalam Islam dan pola pengembangannya. Selanjutnya, dijelaskan implementasi pendidikan karakter dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Selain itu, di setiap akhir bab ditambahkan catatan akhir yang diharapkan dapat memberikan penyadaran kepada para pembaca akan arti pentingnya pendidikan karakter. Target buku ini adalah mahasiswa Fakultas Tarbiyah serta mahasiswa Jurusan PKn dan IPS. Tidak hanya itu, buku ini juga menjadi penting bagi praktisi dan pihak-pihak lain yang peduli dengan pendidikan karakter.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata karakter diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Dengan demikian, orang berkarakter berarti orang yang ...

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat, kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, kekerasan di kalangan pelajar, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, adanya rasa saling curiga dan benci di antara sesame, meminum minuman keras (mabuk-mabukan), pergaulan bebas, ngisap lem, gaya hidup hura-hura (hedonisme), penyalahgunaan obat-obat terlarang, maraknya geng pelajar dan geng motor, kekerasan (bullying) dan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah dan salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Sangat penting membangun karakter bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi sebagai bentuk gerakan demokrasi (Budimansyah, D. 2009). Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara (Usman & Eko, 2012) dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter karena tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau setelah lulus dari sekolah (Kesuma, 2011). Karena pada hakikatnya pendidikan karakter merupakan nilai inti dari upaya pembinaan kepribadian bangsa (Budimansyah, D., & Komalasari, K. 2011). Hal tersebut menjadi dasar perlunya ditanamkan nilai-nilai karakter di lingkup sekolah khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada dasarnya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan potensi murid agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat dan mampu mengatasinya baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat serta memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berperan terhadap interaksi sosial murid guna membentuk karakter dalam mengembangkan potensi yang bermanfaat untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Maka demikian, ilmu pengetahuan sosial yang bersentuhan langsung terhadap kehidupan sosial murid, perlu dirancang sedemikian rupa untuk membentuk kepribadian yang berkarakter dalam menopang pengalaman-pengalaman sosial untuk membangun potensi diri. Selain itu, ilmu pengetahuan sosial juga dirancang untuk mencapai tujuan bersama dalam membentuk hubungan dengan sikap dan keterampilan sosial. Dengan mengkondisikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif, akan memungkinkan murid terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial. Murid mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi. Pada akhirnya peran kritis yang diemban Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk membentuk warga negara yang baik dapat terwujud. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, mulai pendidikan dasar (SD/MI) hingga pendidikan tinggi (PT) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus dirancang dan diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka pembentukan karakter murid sehingga beragama, beretika, bermoral dan sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat, maka pendidikan harus disiapkan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tingkatan kelas dalam Sekolah dasar dibagi menjadi dua yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar (9 tahun sampai umur 12 tahun) termasuk dalam kelas IV, V,dan VI memiliki ciri-ciri yaitu (1) Sudah mulai mandiri; (2) Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi; (3) penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain; (4) sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional (Boejest, 2013). Sedangkan menurut (Soloangsa, 2012) ciri-ciri pada masa siswa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu (1) Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; (2) Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar; (3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus; (4) Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya; (5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya, dan; (6) Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri. Sehingga pada tahap kelas tinggi sangat memungkinkan hasil pendidikan karakter sejak kelas rendah yang telah diajarkan atau diberikan oleh guru sudah mulai tampak hasilnya.

perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat, kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, kekerasan di kalangan pelajar, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa ...

Manajemen Pendidikan Karakter

Belajar dari negeri Cina inilah, barangkali pemerintah Indonesia memprogramkan pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah. Untuk itu, diperlukan manajemen yang tepat agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara berkelanjutan (continuing) serta mencakup seluruh aspek karakter bangsa secara utuh dan menyeluruh (kaffah). Sehingga, pendidikan karakter tersebut betul-betul dapat menyiapkan generasi bangsa menuju bangsa yang beradab dan bermartabat. Hal ini juga penting, terutama untuk mempertahankan diri dari proses degradasi karakter bangsa yang tanda-tandanya sudah kita rasakan akhir-akhir ini. Buku “Manajemen Pendidikan Karakter” ini, dapat membangkitkan inspirasi, kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen Anda sebagai bangsa Indonesia, khususnya bagi para guru, pengawas, dan kepala sekolah dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang berkarakter.

Agar guru dapat mengembangkan pendidikan karakter secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam peningkatan pribadi peserta didik, guru perlu memiliki hal-hal berikut: 1. menguasai dan memahami pendidikan ...

Pendidikan Karakter

Proses penyusunan buku ini merupakan karya kolaborasi dari akademisi yang disiplin ilmunya merupakan bidang pendidikan dari beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta di tanah air. Kolaborasi ini dimaksudkan agar memperkaya khazanah pengetahuan yang tertuang dalam buku ini sehingga konten dari buku ini dapat diterima oleh berbagai kalangan dari berbagai daerah di Indonesia. Adapun latar belakang dari penulisan buku ini merupakan refleksi kondisi dekadensi moral generasi muda pada saat ini yang sudah terseret jauh dari akar nilai budaya. Sering kali kita menemukan banyak perilaku yang tidak sesuai dengan nilai moral mulai dari tindakan pencurian, kenakalan remaja, pergaulan bebas, penggunaan obat-obat terlarang, maupun adab kesopanan yang mulai luntur, semua itu tidak hanya terjadi pada wilayah perkotaan yang notabenya merupakan daerah yang tingkat individualnya tinggi, namun juga terjadi di daerah pedesaan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang menganut adat ketimuran yakni hidup bergotong-royong, penuh tanggung jawab, berani dalam melaksanakan kebaikan dengan penuh keberadaban, hidup berdampingan waluapun berbeda suku, ras, agama serta tetap menjaga etika sopan santun. Memperhatikan realita kehidupan dewasa sekarang ini, maka buku ini hadir untuk memberikan kontribusi berupa solusi konstruktif dari berbagai persoalan yang erat kaitannya dengan penanaman karakter terhadap anak-anak baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di lingkungan tempat bermain mereka. Buku ini sangat relevan dimiliki oleh para akdemisi, praktisi pendidikan, orang tua, maupun pemerhati pendidikan karena isi dari buku ini mengulas tuntas pendidikan karakter mulai dari nilai moral, metodologi maupun implementasinya di era millennial dan yang terpenting sangat aplikatif.

Buku ini sangat relevan dimiliki oleh para akdemisi, praktisi pendidikan, orang tua, maupun pemerhati pendidikan karena isi dari buku ini mengulas tuntas pendidikan karakter mulai dari nilai moral, metodologi maupun implementasinya di era ...

WAWASAN PENDIDIKAN KARAKTER

Kesadaran untuk mengatasi masalah kemerosotan karakter bangsa ini muncul ketika sudah sampai pada kondisi kronis. Dalam kondisi seperti ini penanganan akan jauh lebih sulit. Masalah karakter adalah masalah mendasar. Karakter terbentuk dalam kurun waktu yang lama dan proses yang panjang. Upaya untuk merubah suatu karakter menjadi karakter tertentu seperti yang dinginkan merupakan hal yang sangat sulit. Kesulitan sebesar apapun harus tetap ditempuh dan dilalui jika kita semua ingin agar bangsa Indonesia tidak hancur. Pendidikan karakter itu merupakan proses panjang yang harus dilakukan dengan sabar, bertahap dan berkelanjutan. Di tengah perkembangan kehidupan yang diwarnai dengan paradigma positivisme dalam segala bidang ini, masalah yang berkaitan dengan moral mental, spiritial, kultural dikesampingkan. Manusia lebih terfokus pada hal-hal yang bersifat fisik, materialis, ekonomis, rasionalis, pragmatis yang dapat terukur dengan pasti dengan hasil yang dapat dirasakan dan dilihat secara langsung. Ada aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa yaitu jiwa atau karakter bangsa. Suatu bangsa yang mempunyai keterbatasan SDA dan kondisi SDM yang belum baik, namun karena mempunyai jiwa dan karakter tertentu akan mampu menjadi bangsa yang unggul.

KATA PENGANTAR __ vii DAFTAR ISI__x BAB 1 PENDAHULUAN __1 BAB 2 PENDIDIKAN KARAKTER __ 4 A. Pengertian Karakter__4 B. Sejarah Munculnya Pendidikan Karakter __ 6 C. Pengertian Pendidikan Karakter__7 D. Pendidikan Karakter dalam al-Qur'an ...

Pembelajaran Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik. Pendidikan karakter menekankan pada suatu nilai moral yang universal yang bisa diterima baik oleh berbagai kalangan di seluruh kelompok sosial. Pendidikan karakter berfokus bukan lagi pada sesuatu yang salah dan benar saja tapi sudah pada tingkat baik dan buruk hal yang diajarkan. Tujuan dari pendidikan karakter ini ialah mencetak Individu yang berkarakter. Pendidikan karakter juga berfungsi megembangkan peradaban manusia yang baik di dalam pergaulan dunia. Lebih jelasnya lagi, di dalam buku ini telah mengulas mulai dari hakikat pendidikan karakter, bentuk nilai-nilai karakter bangsa, hinga manfaat pendidikan karakter di era sekarang.

Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.

FLEXIBLE LEARNING & PENDIDIKAN KARAKTER

Refleksi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

Saat ini, pembelajaran diarahkan kepada penguasaan keterampilan abad ke-21 dan pendidikan karakter untuk membentuk peserta didik yang mampu menjadi pebelejar sepanjang hayat dan mengenal akar budayanya sehingga mampu bersikap sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa. Hal ini juga yang diupayakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di setiap jenjang. Upaya ini mendapat tantangan yang cukup besar baik dilihat dari sisi kesiapan pendidik, peserta didik, maupun fasilitas pendukung yang ada. Di tengah upaya yang dilakukan, pandemi Covid-19 melanda dan membawa tantangan baru dalam pelaksanaan pendidikan bahasa Indonesia. Guru dituntut lebih inovatif dan mampu memahami konsep TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik serta mampu menumbuhkembangkan karakter dalam pembelajaran. Untuk itulah, buku ini hadir untuk berupaya memberikan gambaran terkait apa yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia dalam menyelenggarakan pembelajaran dengan melihat faktor pendukung yang ada.

SMCC Higher Education Research Journal, 2(1). Bilfaqih, Y., & Qomarudin, M. N. (2015). ... Neo-Jer: North Borneo Journal of Educational Research, 1(1), 1-11. ... IQ (Ilmu Al-qur'an): Jurnal Pendidikan Islam, 3(01), 123-140.